Advertisement

Refly Harun Tuding 4 Menteri Jokowi Berbohong di Sidang Sengketa Pilpres MK

Pakar hukum tata negara Refly Harun berorasi di depan kantor KPU RI saat demonstrasi menolak hasil Pemilu 2024 di Jakarta Pusat, 20 Maret 2024.

Jakarta, desernews.com
Anggota Tim Hukum Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Refly Harun, menuding empat menteri Presiden Joko Widodo atau Jokowi berbohong dalam sidang sengketa hasil Pilpres yang digelar Mahkamah Konstitusi (MK) pada Jumat, 5 April 2024.

Keempat menteri tersebut adalah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta Menteri Sosial Tri Rismaharini.

Keempatnya dihadirkan oleh majelis hakim untuk memberikan keterangan berkenaan dengan dalil pemohon–Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud–soal politisasi bantuan sosial atau bansos dan cawe-cawe Presiden Jokowi untuk memenangkan paslon 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

“Satu catatan kami yang penting kemarin adalah kami bisa mengorek kebohongan para menteri itu,” kata Refly di Gedung MK I, Jakarta Pusat, pada Selasa, 16 April 2024.

Dia menjelaskan, kebohongan pertama adalah mengenai automatic adjustment alias blokir anggaran kementerian/lembaga. Refly lantas menyitir Undang-Undang tentang Keuangan Negara yang menyatakan automatic adjustment hanya bisa dilakukan pada akhir masa anggaran pendapatan dan belanja negara alias APBN.

“Masa automatic adjustment dilakukan di bulan Januari?” tanya Refly.

Dia menuturkan, kebijakan blokir anggaran itu dilakukan pada rapat terbatas kabinet Januari lalu. Pakar hukum tata negara ini menuding kebijakan ini untuk mendukung bantuan sosial alias bansos dan memenangkan Prabowo dan Gibran.

“Kebohongan yang kata Sri Mulyani automatic adjustment tidak untuk bansos, padahal Airlangga mengatakan demikian di media massa,” ucap Refly.

Kebohongan berikutnya, tuding dia, adalah bantuan El Nino yang disebut tidak berkaitan dengan Pilpres. “El Nino itu sudah selesai, tiba-tiba bansos beras dan uang tunai diperpanjang sampai Juni.”

Dia melanjutkan, Muhadjir Effendy mengatakan tidak pernah mendapatkan perintah aneh-aneh dari Jokowi. Tapi, ujar Refly, Muhadjir mengatakan tidak mungkin orang 100 persen imparsial.

“Lalu, keanehan yang dialami Risma adalah bansos beras itu tidak ditangani dia lagi, tapi ditangani oleh Bapanas (Badan Pangan Nasional), padahal mestinya kan Kementerian Sosial,” beber Refly.

Dia lantas menjelaskan kebohongan yang disampaikan Airlangga Hartarto soal impor beras. Airlangga menyebut defisit produksi beras sampai 5,8 juta ton.

“Padahal menurut Faisal Basri dan catatan kami cuma 0,6 juta ton. Dia ngomong 5,8 juta ton, dan produksi beras yang 0,6 itu diimbangi dengan impor beras 3,06 juta ton,” tutur Refly.

Dia menuturkan, harusnya harga beras turun dengan impor sebesar itu. Sebab, bisa dilakukan operasi pasar dengan beras dari luar negeri tersebut. “Jadi buat apa impor beras yang lebih 2,4 juta ton itu? Ya kami duga untuk bansos beras,” ucap Refly Harun.(tmp/DN)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button
Close
Close

Adblock Detected

Harap nonaktifkan aplikasi AdBlock nya terlebih dahulu.. Terima Kasih