Advertisement

Ribuan Karyawan PTPN IV Palmco Regional I Medan Keberatan, Penerimaan Bonus Lebih Rendah Dari Karyawan Regional III Pekanbaru

Kantor Dreksi Ex PTPN III, Jln. Sei. Batanghari, Medan.

Medan, desernews.com
Ribuan Karyawan PTPN IV Palmco Regional I (Ex PTPN III Medan) merasa keberatan, karena penerimaan Bonus Kinerja Tahun 2023, lebih rendah dari Karyawan PTPN IV Palmco Regional III (ex PTPN V Pekanbaru, Riau).

Rasa keberatan karyawan tersebut, disampaikan ke Pengurus Serikat Pekerja Perkebunan (Spbun) Basis se-Distrik Labuhan Batu 2 (Dlab2) Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Hingga, akhrnya para pengurus membuat surat aspirasi keberatan, sehari pasca pembayaran Imbalan Jasa Tahunan (IJT) atau Bonus Kinerja Tahun 2023 kepada Ketua Umum Spbun Tingkat Perusahaan PTPN IV Palmco Regional I (Ex PTPN III Medan), tertanggal 15 Juni 2024.

Hal itu terkait dengan nilai nominal pembayaran bonus yang diterima karyawan. Sesuai Surat Edaran Direksi PTPN IV Palmco tertanggal 12 Juni 2024, ditandatangani Direktur SDM & TI Suhendri, pembayaran IJT/Bonus Kinerja Tahun 2023 dibayarkan pada tanggal 14 Juni 2024, sisa rampung bonus Karyawan Ex PTPN III diberikan maksimal 3 (tiga) kali take home pay.

Kemudian dalam perhitungan Bonus Kinerja Tahun 2023 tersebut, tidak diperkenankan menambah komponen tunjangan cuti tahunan, tunjangan cuti panjang, tunjangan penugasan atau tunjangan lain yang tidak dibayar setiap bulan.

Namun pasca pembayaran Bonus melalui transfer ke rekening masing-masing pekerja, muncul rasa ketidak puasan dikalangan karyawan di kebun kawasan Dlab-2 Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Mereka berkumpul dan membahas besaran nilai nominal yang diterima tidak sesuai, untuk itu mereka minta agar Pengurus Spbun Basis bertindak dan mengambil sikap.

Dua karyawan saat bekerja di lokasi pembibitan kelapa sawit.

Karena lewat sosial media, tersebar Surat Edaran Pembayaran IJT/Bonus di PTPN IV Palmco Regional III (Ex PTPN V Pekanbaru, Riau), yang juga di tandatangani Direktur SDM & TI Suhendri, menyebutkan sisa rampung bonus Karyawan Ex PTPN V Pekanbaru Provinsi Riau, diberikan maksimal 4 (empat) kali take home pay.

Dalam surat yang ditandatangani Ketua Spbun Basis se-Dlab 2, seperti Ketua Basis Dlab 2, Basis Kebun Sei. Kebara, Basis Kebun Aek Torop, Basis Kebun Aek Raso, Basis Kebun Sei. Baruhur, Basis PKS Sei. Baruhur, Basis PKS Aek Torop dan Basis PKS Aek Raso, ditujukan kepada Ketua Umum Spbun PTPN IV Palmco Regional I Medan Hj. Rina Tanjung, prihal untuk menyampaikan aspirasi.

Ada 5 poin aspirasi yang disampaikan, yaitu :
1. Pemberian bonus Kinerja Tahun 2023 diharapkan menjadi motivasi dan semangat bagi karyawan Regional I (Ex PTPN III Medan), namun kenyataannya menimbulkan polemik dan kegelisahan.

2. Pasca pembayaran Imbalan Jasa Tahunan (IJT)/Bonus Kinerja Tahun 2023, yang dibayarkan tanggal 14 Juni 2024, seluruh Ketua Spbun Basis Kebun/PKS se-Dlab2 mendapat tekanan dari seluruh anggota terkait nilai nominal yang diterima bila dibandingkan dengan IJT yang diterima Karyawan Regional III (ex PTPN V Pekanbaru).

3. Seperti diketahui bersama bahwa PTPN IV Palmco Regional I (ex PTPN III Medan) merupakan tulang punggung serta penopang, maupun menjadi contoh PTPN atau Regional lain, sehingga sewajarnyalah Karyawan Regional I mendapatkan nilai nominal lebih tinggi dari lainnya.

4. Selanjutnya, kami mempertanyakan tentang transparansi laba Kinerja Tahun 2023 serta sistem pembagian laba tersebut.

5. Apabila aspirasi ini tidak ditanggapi, maka kami akan mengambil sikap dan tindakan secara industrial, sesuai UU Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 Pasal 137.

Ketua Umum Spbun Tingkat Perusahaan PTPN IV Palmco Regional I (ex PTPN-III Medan) Hj. Rina Tanjung, ketika akan dikonfirmasi terkait adanya surat aspirasi karyawan via handphone Minggu (16/6) siang, tak menyahut. Nada hp nya tidak berdering. Dihubungi via pesan whatsapp juga tak menjawab.

Sementara itu, Ketua Komunitas Peduli Perkebunan Negara (KP2N) Sumatera Utara H. Zulkifli Barus, menanggapi adanya keberatan karyawan karena terjadinya perbedaan pembayaran bonus, mengatakan persoalan seperti itu pasti terjadi pasca penggabungan PTPN ke dalam Holding.

Karena, lanjut Zulkifli Barus, dunia perkebunan mengandung karakteristik berbeda dari jenis usaha atau pekerjaan yang ada di Indonesia.

Sebagai contoh, pada masa orde baru, orang kota enggan bekerja diperkebunan. Malah kalau orang kebun, pergi ke kota dengan bus atau truck terbuka selalu di ejek dengan sebutan “orang kobun” atau “orang kebon”.

Namun sekarang, orang bank, orang penerbangan, orang Steel pun berlomba masuk kebun. Mereka masuk bukan dari bawah, tapi langsung kepuncak. Inilah yang membuat kondisi perkebunan sekarang centang perenang.

Sekarang, suasana kehidupan dilingkungan perkebunan tak menarik lagi. Jadi, melihat adanya perbedaan nominal bonus tersebut, tanpa ada penyerta penjelasan yang transparan, wajar Pengurus SPBUN bersikap dan komplain serta marah.

“Bila perlu, jika tidak ada tanggapan dari Ketua Umum Spbun Tingkat Perusahaan PTPN-III, abaikan saja, para pengurus SPBUN Basis Dlab2, langsung saja membawa massa karyawan ke PTPN Holding di Jakarta,” ucap Barus, yang juga ikut membidani lahirnya SPBUN PTPN III dan Federasi SPBUN, dengan nada prihatin.

Dikatakan Barus, seharusnya sebelum menandatangani Surat Edaran tersebut, Suhendri selaku Direktur SDM & TI harus bisa mengantisipasi bakal ada kecemburuan sosial dikalangan karyawan, khususnya karyawan Ex PTPN III Medan.

“Apalagi ex PTPN-III Medan, merupakan Leadernya PTPN di Indonesia, hal ini dibuktikan dengan dipakainya sebagai nama Induk PTPN Holding Persero dan memang kinerja serta raihan labanya selama ini, lebih baik dari yang lain,” ungkap Zulkifli Barus, seraya mengatakan, bubarkan saja Holding dan Palmo PTPN dan kembalikan keawalnya, kalau tidak membawa manfaat.

“Kalau banyak mudharatnya, lebih baik bubarkan saja Holding dan Palmco PTPN, dari pada hanya untuk bagi-bagi kursi orang Jakarta, keringat orang kebun dipelosok juga yang ikut membiayainya,” tutur Barus, seraya menyebutkan, karyawan sangat menentukan keberhasilan usaha perkebunan PTPN-III. Apalagi, PTP yang merupakan Perusahaan hasil rasionalisasi dari Belanda, dari awal dibesarkan tidak menggunakan dana APBN, tapi merupakan hasil keringat para karyawannya.

Kondisi tanaman kelapa sawit disalah satu kebun Ex PTPN III, kurang perawatan terkait motivasi kerja dan biaya.

Nah setelah besar, mereka yang tak pernah melihat kebunpun, ikut meramaikan, tapi langsung pada posisi puncak. “Kedepan dikhawatirkan, laba PTPN bakal merosot, karena semangat kerja karyawan menurun tajam,” tutur H. Zulkifli Barus.

Disebutkan Zulkifli Barus, besarnya PTPN III karena adanya pola kebersamaan dalam bekerja antara pimpinan dengan bawahan.

Selain itu, adanya Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) di Sei. Karang Galang, merupakan kawah candradimuka pembentukan karakter seorang pekerja dari level bawah hingga atas.

Namun sekarang, semuanya bakal tergerus punah. Apalagi saat ini, karier planing juga sudah tidak jelas, penempatan pada jabatan tertentu sesuka hati pimpinan. Penggolongan juga sudah mengadopsi sistem dari bank dan PLN, yaitu menggunakan great. Ini jelas merugikan karyawan dan tidak ada lagi istilah naik golongan atau naik strip setiap tahunnya, yang selalu ditunggu-tunggu karyawan.

“Dikhawatirkan, laba perusahaan bukan dari hasil penjualan produktivitas perusahaan, tapi merupakan perampingan-perampingan biaya atau pengeluaran untuk karyawan ditekan, seperti tidak ada lagi sistem penggolongan dan bisa juga penundaan penyusutan,” papar mantan pejabat perkebunan yang enggan disebut namanya, seraya mengatakan, kalau hal itu yang terjadi, berarti tidak ada hebatnya Direksi dari luar orang perkebunan.

Beberapa karyawan di DLAB2 ketika dihubungi mengatakan, mereka keberatan atas sikap Direksi Palmco yang bertindak tidak adil. “Kalau seperti ini cara kerjanya, bubarkan saja Palmco, tak ada manfaatnya,” kata mereka.

Lebih lanjut dikatakan, buktinya, sistem kerja kami sebelum ada Holding dan Palmco, ya kerjanya seperti ini juga, biasa aja, tak ada perubahan luar biasa. Lebih baik kami saat PTPN III khusus Medan, saat Direksinya Akmal Hasibuan, Megananda, Amri Siregar dan Bagas Angkasa. “Masa itu, bonus kami bisa 5 sampai 8 bulan setiap tahunnya,” ucap beberapa pemanen yang tengah istirahat diancak, seraya menyampaikan sangat rindu dengan Direksi masa itu, karena sering turun ke kebun, melakukan family gathering, sehingga bisa memacu semangat kerja bawahannya.
(Sty/DN).

Berita Terkait

7 Komentar

  1. Kita sudah merusak pondasi awal perkebunan, inilah akibatnya, tidak lebih pintar kita dari pendiri pendiri perkebunan, dan saat ini tidak menghargai pendahulu pendahulu perkebunan, contoh dulu direksi diangkat dari orang perkebunan itu sendiri sekarang tdk seperti itu lagi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Back to top button
Close
Close

Adblock Detected

Harap nonaktifkan aplikasi AdBlock nya terlebih dahulu.. Terima Kasih