Oh…Ini Nasruddin Hoja, Ulama Garis Lucu
Nasruddin Hoja diundang untuk menyampaikan dakwah. Saat berada di atas mimbar, ia bertanya, “Kalian tahu apa rukun iman?” Seluruh umat menjawab serempak, “Tahuu.”
Nasruddin terdiam, kemudian berkata, “Karena kalian sudah tahu apa yang akan aku katakan, aku tidak akan membuang-buang waktu kalian lebih lama lagi.” Lalu Nasruddin turun dari mimbar meninggalkan mereka.
Orang-orang benar-benar kebingungan dan penasaran, lalu memanggilnya kembali untuk berceramah. Sekali lagi Nasruddin menanyakan pertanyaan yang sama, tapi kali ini umat sebagian menjawab tahu dan sebagian menjawab tidak tahu.
Nasruddin berseru, “Sangat bagus! Sekarang, bagi yang sudah tahu, silahkan menceritakan kepada yang belum tahu!” Ia turun dari mimbar kemudian ngeloyor pergi.
Nasruddin Hoja sedang dalam perjalanan bersama pastor dan yogi. Pada hari kesekian, bekal mereka tinggal sepotong roti. Masing-masing merasa berhak memakan roti itu. Setelah debat seru, akhirnya mereka bersepakat memberikan hak memakan roti itu kepada yang malam itu memperoleh mimpi paling religius. Lalu tidurlah mereka.
Pagi harinya, saat bangun, pastor bercerita: “Aku bermimpi melihat Yesus Kristus membuat tanda salib. Itu adalah tanda yang sangat religius sekali.”
Yogi menukas, “Itu memang istimewa. Tapi aku bermimpi melakukan perjalanan ke nirwana, dan menemui tempat paling damai dan bahagia. Ini luar biasa religius.”
Sambil mengelus perutnya, Nasruddin berkata, “Aku bermimpi sedang kelaparan di tengah gurun, dan tampak bayangan nabi Khidir bersabda ‘Kalau engkau lapar, makanlah roti itu.’ Jadi aku langsung bangun dan memakan roti itu saat itu juga.”
Sang pastor dan yogi hanya bisa melongo …
Nasruddin Hoja atau Nasreddin adalah seorang sufi satirikal dari Dinasti Seljuk, hidup dan meninggal pada abad ke-13 di Akshehir, dekat Konya, ibukota Kesultanan Rûm Seljuk, sekarang termasuk wilayah Turki.
Ia dipandang sebagai filsuf dan orang bijak, dikenal dengan kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Ia muncul dalam ribuan cerita, terkadang jenaka dan pintar, terkadang bijak, tetapi sering juga bersikap bodoh.
Berbagai masyarakat mengklaim Nasruddin ke dalam etnis mereka. Beberapa sumber menyebutkan tempat kelahirannya di Desa Hortu di Sivrihisar, Provinsi Eskişehir, sekarang Turki, pada abad ke-13.Ia kemudian tinggal di Akşehir, dan kemudian di Konya saat pemerintahan Dinasti Seljuk. Ia meninggal pada tahun 1275/6 atau 1285/6 M. Makam Nasruddin dipercaya berada di Akşehir dan “Festival Internasional Nasreddin Hodja” diadakan setiap tahunnya di Akşehir pada 5–10 Juli.
Menurut Prof. Mikail Bayram yang mengadakan penelitian ekstensif mengenai Nasreddin Hoca, nama lengkapnya adalah Nasir ud-din Mahmud al-Hoyi, gelarnya Ahi Evran (karena menjadi pemimpin organisasi ahi). Ia lahir di Kota Hoy di Azerbaycan, menempuh pendidikan di Horasan dan menjadi murid seorang mufassir Quran yang terkenal, Fakhr al-Din al-Razi, di Herat. Ia dikirim ke Anatolia oleh sang Khalif di Baghdad untuk mengorganisasi pertahanan dan perlawanan terhadap invasi Mongol. Ia menjabat sebagai seorang kadı (hakim Islamik) di Kayseri.
Karena telah tinggal di berbagai kota dan area luas dan setia melawan invasi Mongol serta memiliki karakter yang jenaka, ia diterima berbagai bangsa dan kultur dari Turki sampai Arab, dan dari Rusia hingga China, yang kebanyakan merupakan bangsa-bangsa yang menderita akibat invasi Mongol.
Setelah beberapa generasi berlalu, beberapa cerita baru ditambahkan dalam kumpulan kisah Nasruddin, beberapa cerita dimodifikasi, ia dan kisah-kisahnya menyebar ke berbagai wilayah. Mereka melengkapi folklorenya dengan kebijaksanaan ringkas tetapi tajam yang mengungguli semua ujian dan penderitaan. Manuskrip Nasruddin tertua berasal dari tahun 1571.
Sekarang ini, cerita-cerita Nasruddin telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Beberapa wilayah mengembangkan tokoh-tokoh yang menyerupai Nasruddin.
Karena ada ribuan kisah Nasruddin yang berbeda – beda, kisah-kisahnya selalu ada saja yang sesuai dengan kejadian sehari-hari dalam masyarakat.
Nasruddin sering muncul sebagai tokoh bertingkah-laku aneh dalam berbagai tradisi rakyat Albania, Arab, Armenia, Azerbaijani, Bengali, Bosnia, Bulgaria, China, Yunani, Gujarati, Hindi, Italia,Bahasa Ladino, Kurdish, Bahasa Pashtun, Persia, Romania, Serbia, Rusia, Turkish, dan Urdu.
Beberapa kisah Nasruddin muncul dalam kumpulan cerita Aesop’s fables; The miller, his son and the donkey. Kisah lain adalah The Ass with a Burden of Salt (Perry Index 180) dan The Satyr and the Traveller.
Nasruddin wafat saat berumur sekitar 80 tahun. Ia dimakamkan di Aksehir, Konya. Makam marmernya dinaungi sebuah kubah kecil yang disangga enam pilar. Di makamnya terdapat tulisan: “Di sini dimakamkan Nasruddin, meninggal pada tahun 386”. Sebenarnya Nasruddin meninggal pada tahun 683 Hijriyah (sekitar 1284-1285 M), tulisan di makamnya dimaksudkan untuk lelucon dengan cara ditulis terbalik.
Meskipun sering mengucapkan perkataan yang terdengar gila, ia sebenarnya membawa inspirasi kedamaian yang welas asih, ada hikmah kebijaksanaan tersirat di balik kegilaannya.
Sumber: https://zamane.id/ragam/1150-islam-garis-keras-oh-ini-nasruddin-hoja-islam-garis-lucu