Elektabilitas PKS di Survei Naik, Buah Manis Konsistensi Jadi Oposisi?
Jakarta, DeserNews.com – Sejumlah lembaga survei merilis hasil kajian terkait elektabilitas partai politik. Saat sejumlah partai mengalami penurunan elektabilitas, PKS justru mendapat kenaikan persentase elektabilitas.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno menilai peningkatan elektabilitas PKS merupakan hasil dari konsistensi PKS sebagai oposisi pemerintah. Status PKS sebagai oposisi dinilai mampu menarik hati kelompok masyarakat yang antipemerintah.
“Ini buah manis dari konsistensi PKS ya, selalu kritis terhadap pemerintah. Jadi kelompok-kelompok yang antipemerintah, ingin ganti presiden 2019, muara politiknya ke PKS,” kata Adi saat dihubungi, Selasa (23/2/2021).
“Itu yang kemudian membuat PKS menjadi kanal kelompok-kelompok di luar pemerintahan yang saat ini memang cenderung banyak parpol yang ingin menjadi bagian dari pemerintah,” sambungnya.
Selain itu, sentimen politik islam dinilai menjadi keunggulan PKS. Adi menilai kelompok Islam perkotaan cenderung menyalurkan aspirasi politik mereka ke PKS.
“Kedua memang harus diakui, ini juga tidak terlepas dari kuatnya sentimen politik Islam. Jadi kelompok-kelompok Islam terutama yang di perkotaan, yang merasa tidak nyaman dengan kondisi politik saat ini memang memilih PKS sebagai kanal untuk menyalurkan aspirasi politiknya,” katanya.
Menurut Adi, PKS akan mampu mendapat angka dua digit dalam Pemilu 2024. Namun Adi menekankan perlunya PKS konsisten mempertahankan posisi sebagai oposisi serta membuat entakan politik yang dapat mendongkrak suara masyarakat ke PKS.
“Ya orang melihat konsistensinya itu ke depan diuji sampai 2024 ke masih kuat atau tidak. Di samping itu tentu saja publik rakyat ingin melihat apakah PKS bisa menciptakan 1 momentum politik yang menjadi entakan, yang menjadi titik tolak bagi PKS, bagi banyak orang untuk, apa namanya menjadi entakan bagi PKS merebut simpati publik,” ungkapnya.
Dihubungi secara terpisah, pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio (Hensat), juga menyatakan hal serupa. Kenaikan elektabilitas PKS dinilai karena PKS satu-satunya oposisi yang menonjol.
“Mereka (PKS) adalah satu-satunya oposisi yang tampil cukup menonjol saat ini,” kata Hensat.
Hensat juga menilai dukungan terhadap opini publik juga berkontribusi menaikkan elektabilitas PKS. Ia pun menyebut PKS kerap mendukung isu kontroversial yang disuarakan rakyat, seperti saat masyarakat menentang RUU KUHP dan RUU Cipta Kerja.
“PKS sering berada di ranah mendukung opini publik saat ada isu-isu kontroversial, misalnya contohnya RUU KUHP atau RUU Cipta Kerja gitu. Jadi ini salah satu hal yang membuat PKS punya kenaikan atau peningkatan elektabilitas,” ujarnya.
Menurut Hensat, PKS perlu menguatkan sosok ketokohan di daerah jika ingin menaikkan elektabilitas partainya hingga mencapai angka dua digit dalam Pemilu 2024. Menurutnya, kehadiran sosok tokoh kuat PKS di daerah dapat semakin meningkatkan ceruk suara.
Kemudian, PKS juga dinilai perlu tetap mempertahankan posisinya sebagai oposisi. Terlebih, Hensat menilai, menjelang akhir kepemimpinan Presiden Jokowi akan muncul partai yang menempatkan diri sebagai oposisi.
“Seberapa konsisten PKS memperjuangkan posisi oposisinya dan bisa terus berada di tatanan tokoh main masyarakat sebagai oposisi karena nanti pada saatnya tahun 2023, misalnya jelang pemilu 2024 itu kemungkinan besar parpol akan PKS pada waktunya. Akan banyak parpol yang juga menempatkan diri sebagai oposisi karena masa bakti Presiden Jokowi yang akan segera selesai di Oktober 2024,” ucapnya.
Litbang Kompas sebelumnya merilis hasil survei terkait elektabilitas partai politik. PKS merupakan salah satu partai yang mendapat kenaikan yang cukup menanjak dari tahun sebelumnya.
Dalam survei, PKS saat Pemilu 2019 dicatat mendapat suara sebanyak 8,21 persen. Kemudian, di Oktober 2019 mendapat suara 5,3 persen.
Pada Agustus 2020, PKS dicatat mendapat perolehan suara sekitar 4,1 persen. Sementara di Januari 2021, suara PKS menanjak menjadi 5,4 persen.(det/DN)